Bagi yang baru mendengar apa itu CMMI, Anda sama dengan saya, saya baru tahu ada CMMI setelah saya mengikuti perkuliahan perdana MTI yang di bawakan oleh Bpk Agus dari Bank Mandiri. Kemudian pada hari pertama kuliah (kemarin malem), CMMI itu semakin di pertegas filosofinya, untuk apa dan bagaimana CMMI itu di kembangkan, terutama dalam dunia Software Engineering.

Oh ya CMMI itu sendiri adalah kependekan dari Capability Maturity Model Integration, atau kalau di Indonesiakan menjadi kemampuan dan kematangan model terintegrasi, yang di cetuskan pertama kali oleh SEI (Software Engineering Institution) di Amerika Serikat.

Ide awal kemunculan CMMI adalah kegagalan beberapa proyek besar IT di Amerika, yang hanya menghasilkan sekitar 35 % proyek yang selesai dan sesuai dengan kebutuhan pelanggannya atau usernya.

Sejak model ini di gulirkan, maka ilmu pengembangan perangkat lunak di perlakukan mirip dengan ilmu engineering yang lain seperti civil maupun mechanical engineering.

Sebuah proyek IT dengan skala besar harus di rencanakan dengan matang, sebagaimana kita merencanakan bila akan membuat sebuah bangunan yang kokoh.

Kelemahan pengembangan software di Indonesia juga adalah kebanyakan belum menerapkan konsep ini, sehingga hasil akhirnya belum sesuai dengan harapan user maupun pelanggannya. Bahkan mungkin jauh dari kata sempurna. Memang tidak mungkin untuk membuat suatu perangkat lunak dengan tingkat defeksi 0%, tetapi defek atau cacat itu bisa di minimalisasi dengan prosedur dan perancangan yang benar di mulai dari awalnya.

Membuat sebuah perangkat lunak atau software bukan hanya sekedar membuat koding, koding adalah sebagian kecil dalam aktivitas pengembangan perangkat lunak. Karena sebuah bangunan harus di rencanakan terlebih dahulu, demikian juga dengan pembuatan software, harus memiliki pola, design ataupun arsitektur yang jelas, gamblang dan fungsional.

(Dirangkum dari kuliah 1 MK Proses dan Manajemen Rekayasa Perangkat Lunak, MTI Universitas Indonesia yang di sampaikan oleh Dr. Eko Budiarjo,M.Kom)